Atau kenikmatan asap cerutu di sore luput kondensasi
Bahagia kita sampai
di sungai jernih rimbaya
Atau menanam benih pohon keasyikan bersama
Saling
mengingatkan dalam sedih susah
Atau lelap tenda harunya malam kita jaga
Selalu kita
menuju tempat terdamai
Atau kerikil tajam bersama kita singkirkan
2) Beberapa bulan penuh berlalu;
Nikmat asap
cerutu terbang keawan candu;
Benih pohon mengering layu;
Tanpa segar, asyiknya
panas;
Tenda merah tak haru fibernya patah;
Kerikil tajam
menghalangi langkah.
Kita kini berpencar, magnet
persaudaraan karam
Kesamudera dalam
atau tak kita sadari jejak langkah ini
3) Ku jajaki bulan-bulan tanpa cahaya
Engkaupun tak
seperti dulu sejak teater
Kini aku pergi, tak lagi kembali
Pada sajak kelabu,
ku gores luka salam pada mu
Aku hanya pergi tanpa permisi
Tengoklah bulan
di gulung awan mendung
Ia pun tak lagi menjadi saksi untuk
kita
Seakan peka sinarnya
pernah membayang panggung mu
4) Sekarang sisa melambung bertebaran
Meliuk ukiran
mural di tembok runtuh
Aku melangkah jatuh dari hingar
bingar mimpi
Seperti cemara
yang tumbang ke jurang
Pelataran air memang masih bening
tapi kering
Sehingga
ikan-ikan murung kecewa teringat
Aku dan kau di tinggal cita lara
Tersengguk gagap
tak seperti dulu
5) Tak kau ingatkan aku kini, sepi ku ya
Maafkanlah, yang
bukan menulis egaliter ini
Kita tak bisa saling berdamai
(lagi)
Pada peron terakhir, aku melangkah
pergi
Semakin jauh
dari hingar bingar mimpi terdahulu
Saat pagi titik embun mengobati
Hati yang akan
ku dapati pasti
6) Jangan ingatkan kejadian kita dahulu
Atau perjanjian
kita yang lama
Siapa saja di antara kita boleh
bersedih namun,
jangan sesali dewi
malam yang di temui raja siang
Aku pergi tak mungkin kembali
Tak ada acara
perpisahan
Aku hanya!
Meninggalkan
jejak yang dalam
Rantauprapat, 07 Ags
2014