Minggu, 05 Oktober 2014

SAJAK MENDOBRAK



kalau bukan karena lapar
tak mungkin buruh turun kejalan
andai pejabat mampu mendengar
tapi berpura tuli, dasar sialan!

nyalakan saja toa mu, hei orator culas
agitasi orang miskin papah agar keluar
masa aksi! dobrak saja gerbang penindas
agar mereka dengar tangis busung lapar

jangan takut! kawan-kawan lemparkan batu
polisi dan tentara yang bersenjata api
sebagaimana tetuah dulu melempar bambu
melawan belanda yang terbirit lari

belanda dahulu sudah pergi
dan jepang mengundurkan diri
tapi masih tertinggal gayanya
berita artis itu anak turunannya

buah hati mu lapar
dari gaji mu yang sukar
sementara berpesta pora mereka
dari pajak upeti yang keringat mu jaminannya

sawah ladang yang hilang
hutan bukit telanjang
desa mu dibangun pabrik sawit
menejernya orang mata sipit,
sementara sementara
isitrinya berkalung rantai emas
sementara sementara
istri mu memikul batu padas

apalagi-apalagi?
lawan-lawan!
tuntut setiap janji-janji
teriakan akumulasio pembebasan

kau telah jadi satuan pengaman
atau satpam jinak diam dipijak
apa keluarga mu sudah nyaman
andai upah tak kunjung bengkak
anak-anak rengek pengen mainan
kantong bapak berapa perak (?)

jangan tunggu allah subhana wa ta’aala
oleh langit mengirim mimpi sejahtera
sementara-sementara kau duduk bersila
hidup paspasan dibarak terpakasa

jangan! jangan tengadahkan doa
jagan terus seperti itu berkhayalan
jemput! jemput impian merdeka
semoga allah memudahkan jalan

dan ke kaca teras pejabat politisi
yang kau lempari dengan batu aspirasi
dan dipagar betis kantor instansi
yang kau ucapkan berjuta kata maki

bakar! perusahaan yang tidak memihak
lawan!  brigade pakai parang dan kapak
bunuh! semua begundal investor asing
kembalikan! koperasi rakyat dari tangan maling

teruskan-teruskan tradisi cinta negeri
kita berdiri di alam negeri kita sendiri
kita lahir besar disini (!)
siapa yang berani beli
kita tawar dengan darah pertiwi

demi masa ; firmanNya
sewaktu ada halang belukar
sejarah kita bernegara
merah putih sulit berkibar
di ambang batas harga-harga,
kalau kau takut di asingkan
(ingatlah sjahrir pernah asing di orde lama)
kalau kau takut di hilangkan
(ingatlah wiji pernah hilang di orde baru)
kalau kau takut di matikan
(ingatlah munir juga pernah mati di reformasi)
merekalah nama-nama masa
meniup api kesentero calon pejuang
mereka mati muda mengakar laga
menitip prasasti ditulang tenang
mereka berikan bela cita pada
keluarga nusantara yang mengenang
dalam doa sering terus berbangga
kejarlah kejejak mereka kencang
atau hidup pasrah tua tak buat apa
seakan kukang takut belalang

sekarang “haruslah mendobrak”
pagar-pagar
sampai rusak
penindas gemetar

menuntut buruh yang upahnya kecil
mengamuk petani yang tanahnya digusur
berteriak mahasiswa yang bukunya tak tercicil
chaoslah rakyat miskin yang dagangannya hancur

Juli 2013