Yang tersesat di lembah-lembah gelap,
bingung kabut tak atur menghalang selayang pandang, nun sayup aum serigala dari
arah puncak tujuan. Apabila duri belukar menggores sakit, maka tersebut jerit,
sebagai cekak lantur tanda awal alienasi, puncak tanya masih kah jauh.
Yang terjerembab di lumpur-lumpur
hitam, tetap merasa tegar tanpa intropeksi, padahal hutan penyedia air bening
kaca untuk bercermin hidung. Ada suara bunyian aneh di hutan samar. Engkau
mengikutinya ke kampung tak bertuan. Memang puncak kian jauh, bagi mu semakin
jauh.
Yang tersesal di bayang-bayang suram,
lintas hutan betapa sunyi, barulah tersadari hikayat gigilan diri. Berantakan
bersedihan memang, waktu ketidak mampu-an sama dengan ke tidak mau-an. Rasa risau
ada buah pekat di makannya, jadilah ia si sakit embara tunggangan setan
durjana.
Rantauprapat,
25 Juli 2014