Minggu, 01 Januari 2012

Jurnal Perjalanan - KERINCI


(CATATAN LIBURAN TAHUN BARU 2012 M)

Hasil perjalanan kami ini adalah konsumsi pribadi, tetapi di satu sisi teman-teman muda di Labuhanbatu khusus Pecinta Alamnya sangat mendesak saya untuk ngeshare jurnal & dokumentasi. ya terpaksa lah saya membuka catatan pribadi.

Mudah-mudahan apa yang saya tulis – share ini bermanfaat buat bacaan man teman semua dan kalau ada yang jelek jangan di ikuti ya. Kritikan juga sangat sangat saya tampung sebagai bahan evaluasi.
Saya katakan bahwa saya tidak membawa sedikitpun oleh-oleh berupa bunga Edelwiesh atau Teh Kayu Aro namun catatan ini merupakan oleh-oleh yang lebih baik dari sekedar Bunga atau Minuman Khas.... selamat menikmati.





Berikut adalah jurnal saya : Pada tanggal 29 Des 2011 di Rantauprapat
 14.00 wib Aku packing terakhir 
17.00 wib  Di titik kumpul kediaman Abdi Jl. Puncak Binaraga, Shanty ada, juga Hendrik..
                Shanty meloby bus jurusan padang. Aku mencatat semua logistic dan keperluan makanan. Lalu bersama Abdi; Hendrik belanja, Beras – Mie Istan – Minyak Tanah – Snack – Minuman Botol – P3K – Lauk pauk – sayuran dll. Rp. 20.000/orang.
19.45 wib  Menaiki becak mesin Rp.15.000 menuju loket bus Antar Lintas Sumatera di Jl. By. Pas Baru Rantauprapat.
20.10 wib Bus pun bergerak ke jalanan.. Anak-anak MAPALA ULB ngucapin Do'a melalui sms, Pak Akhiruddin (Bid. Kemahasiswaan ULB) Juga. Dll. Bus ini dingin dengan AC. aku ngantuk jadi tidur, sangat lelap sehabis nenggak pil merk antimo. Selepas Rantauprapat-sigambal aku tak ingat lagi perjalanan ini, aku hanya terlelap.
30 Des 2011 Pada jalan yang beliku-liku serta kelok-kelok, aku mual lalu muntah besar. enam plastic keresek habis terisi muntah ku.. wEEEE’ adohhhh Abdi di sebalhku malah senyam-senyum - Hendrik merengut - Shanty pura-pura gak liat.. Wahh tersiksa memang jalur menuju padang buat orang-orang pemabuk darat. Kata teman-teman ini adalah kelok sembilan padang. ahhhk aku molor lagi dehh, sempat beberapa kali bus terhenti di terminal. Aku malas nulis jurnal badanku lemas karena mabOK.
13.13wib   Sampai di terminal bus ALS kota padang KM 6 Jl. SM. Raja. daypeack & carrier kembali kami sandang. 13.17 wib makan siang di warung sebelah terminal tsbt Rp. 15.000/piring + tamboh ciek. Hmmhhh masakan padang yang sedap, sibundo penghidang juga ramah tamah pada kami sambil cerita-certia. Briefing : main dulu di kota padang sampai sore baru ke kerinci. Aku meloby taxy, akhirnya kami menaiki taxy untuk jalan-jalan.
14.08 wib   Di pantai.. Jl. Garuda - Padang. Mengambil documentasi
   di pantai wisata yang indah ini, 
            Abdi & si supir taxy asyik-asyikan minum tuak. Hahahaaa…
16.09 wib   Kembali keliling-keliling kota padang
            sambil mencari mobil travel jurusan Sungai Penuh–Kerinci. 
            Akhirnya di dapati satu mobil Travel Rahayu
   di JL. SM.Raja, tak jauh dari terminal bus ALS tadi.




18.51 wib Berangkat, sang supir taxy melambaikan tangannya kearah kami, memang ikatan emosional telah terjalin selama berjalan-jalan keliling kota Padang.
                 Ongkos Taxy Rp. 100.000 semuanya.
                 Ongkos Travel Rp. 80.000/orang
                Didalam mobil bertemu dengan seorang penumpang. Namanya Des dia suku jawa, ia cerita-cerita dengan Hendrik. Ia nawarkan istirahat dulu di rumahnya yang berada di Desa Kayu aro Kab. Kerinci. wAHHH cocok Donkkk. Kami setuju apalagi diskusi dengan si Des tampakya menarik kami. Kata Des apabila dirumahnya wajib makan, kalau tidak nanti istrinya akan marah. Katanya dulu seorang pendaki dari Jawa Tengah juga sempat istirahat dirumahnya. Ok lah kami pikir.
31 Des 2011
04.02 wib Semakin dingin, turun dari mobil travel di desa Kayu aro Kec. Kersik Tuo Kab. Kerinci. subuh ini cerah kulihat keatas, bintang-bintang bertaburan di angkasa malam, sekeliling jalan di penuhi kebun teh rakyat.
"Ayo-ayo jangan segan-segan ya" kata Des. Kami telah sampai di kediaman Des, di sambut istrinya dengan ramah, kami salam sambil meletakkan barang bawaan di ruang tamu. Tak lama Hendrik dan Shanty langsung tergeletak pulas di lantai. capee dehhhh... istri Des ngambil tembikar dan selimut hangat buat kami. Aku & Abdi duduk berdiskusi di bangku tamu, Des datang sambil membawa tehnya. Yang aneh adalah ketika Des bilang jika ingin makan silahkan masak sendiri dan bila ingin buat teh atau kopi silahkan buat sendiri. Istrinya nunjukin dapur. Hehheee... aku bersama Abdi hanya ngangguk-ngangguk. Lalu istrinya masuk kamar, tinggal Des, aku & Abdi cerita-cerita tentang kerinci. cerita berselang aku permisi ama Des ingin Teh, langsung ia tunjukin dapur. Aku paham Teh kayu aro ini sangat terkenal di Nusantara. Bahkan tersiar kabar, dulu penjajah kolonial datang ke Kerinci dengan alasan membeli teh kayu aro.
                  Aku buat sendiri dengan dua sendok gula.. Hmmhhh Wangii… ku seduhh AsyeeekkK..
                  Baru-baru Abdi juga langsung ngerocos tidur di antara hendrik & Shanty, Des juga tidur. Aku belum ngantuk karena kebanyakan tidur di bus semalaman.
05.58 wib Tak terasa tahun baru tinggal 1 hari lagi. Masa-masa silau & gelap 2011 Masehi akan di hapus waktu, tak terasa aku berada di desa Kayu aro kaki gunung kerinci, tangan dan kaki seakan beku. Jari-jari ini lemah menuliskan jurnal dan balas sms (short message system) kawan-kawan di Rantauprapat. Di ruang tamu terlihat Abdi, Hendrik & Shanty tidur pulas sambil ngigau-ngigau, gila ni anak bertiga ku pikir. memang lumayan lelah perjalanan ini. Syal hitam terikat di leher enggan ku lepas, tak sabar mata ini menyambut siang di kerinci. Uang di saku tinggal Rp. 60.000 tak mungkin sampai lagi ke Rantauprapat. Tapi aku dan teman-teman pasti akan memikirkan caranya. Akupun gabung untuk tidur.
07…..,wib  Terhentak dari tidur, kulihat di sebelah hanya ada Abdi sedang tidur. Shanty & Hendrik tak tampak,, ahhh pasti mereka lagi asikk foto-foto di kebun teh pikir ku. Jadi aku lanjutin bobok.
Hendrik di Kebun Teh

08.+ wib   Shanty bangunin kami berdua. Hebohh nyuru packing.
  Itulah gunanya cewek dalam tim, ada yang perhatian.
Aku mandi airnya dingin, lalu sarapan di ruang makan. Kami makan lauk keluarga Des, hehheheee.. Tak ketinggalan kopi dan teh. Anak Des (Kasih), istrinya (Lia) dan keponakannya yang gadis sebaya kami juga turut meramaikan dapur. Kami sangat senang oleh keakraban yang di tunjukkan keluarga ini, lama-lama kami agak segan. Aku juga ke teras depan bercengkrama bersama tetangga dan orang tua Des. Keluarga ini baik pada kami.
                  Lalu briefing, dengan kondisi duit yang akan kandas maka kami teringat ama para senior. Hehee.. Raja Gompulon Rambe, SE adl orang pertama di tanduk. Hendrik menelponnya. Lalu ia mau menstransfer uang ke rek Shanty. Juga Alamsyah Tanjung, SE, Said Arona juga. Selamaaaat ku pikir.
                  Kami packing barang-barang. Shanty menuju Bank yang agak jauh dari sini dengan mengendarai sepeda motor Des untuk nggesek ATM.
Selesai Packing - Bersama Anak & Istri Des

09.00 wib Des ngantarin kami ke jalanan untuk nunggu mobil angkutan penumpang antar desa. 09.51 wib menaiki angkutan desa menuju Simpang Macan Kec. Kersik Tuo. Rp. 12.000/4orang.
Bersama Des - Nunggu Angkutan


              10.42 wib Sampai di Simpang Macan, terlihat ada satu tugu yang di atasnya berdiri patung harimau sumatera. Lalu kami menaiki ojek menuju R10. Rp. 15.000/4orang. (sebelumnya tukang ojek yang ku suruh motret)
R10 adalah pos lapor pendakian, tempatnya para oknum kehutanan dan anak pecinta alam sekitar kerinci mangkal. R10 ini dapat ku artikan sebagai pos Jaga Wana Taman Nasional Kerinci Seblat. 11.00 wib Sampai di R10 bertemu dengan Darul yang senior di MASKER (Mahasiswa Pecinta Alam STAIN Kerinci). Ia adalah ketua panitia acara pendakian tahun baru gunung kerinci 2012. Bertemu Pimen juga seorang senior Mapala GS Jambi Dan beberapa orang panitia / anak Pecinta Alam yang mangkal di sini.
12.12 wib Berceritera, kami langsung akrab dengan mereka. Pimen bilang ia akan berangkat besok bersama temannya yang akan datang besok. Kami putuskan akan berangkat esok hari bersama Pimen cs.
                  Datang Fitri bersama adik perempuannya. Fitri ialah seorang cewek anggota KPA Hijau kenalan Abdi dari Dunia maya, sengaja kesini liat kami. Roman yang juga senioran Fitri  terlihat datang mendekat, berkenalan dengan kami, ia membawa anaknya Rinjani masih sangat belia. Shanty berfoto dengan Rinjani yang memakai syal hitam di kepalanya.
                 Tak lama kami ngambil dokumentasi dengan latar belakang (background) gunung kerinci yang kebetulan sangat cerah tanpa di halangi kabut.

 Rinjani Shanty 
       

Gn. Kerinci dari R10



























Suasana Camping Ground
di bawah pinus,  flysheet berwarna merah putih itulah
tenda doom kami

 - di R10









Menjelang petang, telah berdatangan
orang-orang. R10 semakin ramai
oleh pendaki yang baru turun atau 
akan naik.

Kami memasak dan reales+ceck
di waktu senggang ini.
serta beri kabar ke Rantauprapat.











Siang ini Kerinci trlihat cantik sekali, angin juga menghembus doom sangat kuat. Merah putih terus berkibar di R10. di temani Fitri, Adiknya & Rinjani kecil, kami motret-motret JJS (jalan-jalan sore) di sepanjang ladang sayur-mayur warga tak jauh dari R10, suasana begitu indah kulit terasa adem ayemm berada di kaki gunung ini, Asekkk… sepulang dari JJS tak lupa kami membawa kayu untuk unggun di R10 malam ini.





17.41 wib Makan bersama-sama. Nasik di tumpukin di daun pisang. Roman cs, Pimen, Darul cs dan kami berempat. suasana kekeluargaan kental.
18.34 wib Kayu yang sudah tersedia kami bakar, sambil diskusi-diskusi ngelilingi unggun membara, aku juga bersyukur pendakian akan di laksanakan besok karena kulit harus beradaptasi dengan kondisi iklim disini.
19.50 wib Kami ngopi, tampaknya semakin banyak para pendaki yang berdatangan juga baru turun. Camp Ground di R10 semakin ramai.
00.00 wib Terlihat ada kembang api di punggungan gunung kerinci, kata roman itu di Shelter III, juga tak jauh dari sini kembang api meledak berwarna-warni, kata roman itu di Pintu Rimba.
02.04 wib Roman menganjurkan untuk tidak begadang karena besok akan mendaki. Aku sepakat. Di dalam tenda kami istirahat berempat.
02.11 wib Aku tidur setelah minum air jahe.

R10 – PINTU RIMBA
06......wib kami bangun, memasak, dan lalu aku telp orang tua di rumah,
09.34 wib Kami packing terakhir. diskusi ngopi bersama Darul tentang tehnik-tehnik mendaki & turun gunung. Sambil nunggu teman pimen yang sedang dalam perjalanan.
10.50 wib Teman piman yang di tunggu-tunggu akhirnya datang dari Jambi. Berjumlah 3 orang. 1 adalah Juned dari Mapala GS Jambi yang adalah junior Piman, dua orang lagi adalah Keling & Kuple yang adalah orang Jakarta berasal dari KPA Korspala.
11.05 wib bang Pimen & Darul bicara pada seorang bapak polisi kehutanan / jaga wana R10. Ternyata kami brangkat naik pickup bapak polhut menuju pintu rimba.. Horeeee . . . .
           Kami duduk di back pickup, bg Roman juga ikut di pickup bersama 3 orang anggotanya. Di perjalanan ini berpapasan dengan kelompok-kelompok pendaki yang baru turun.. Lestari..!! Hati-hati Bang..!! Bang :) ,, itulah sapaan mereka.
        Sepanjang jalan terlihat ladang-ladang penduduk. lalu bertemu Rinjani & Fitri berjalan kaki menuju Pintu Rimba.. mobil berhenti sejenak karena bg Roman turun ke anaknya si Rinjani.
            Tak lama mobil berhenti di penghabisan aspal… kami turun, bang Pimen nyelipin sesuatu ke kantung kemeja pak polhut sebagai tanda terimakasih karena sudah mau ngantar kami. eppppp,, pak polisi malah merengut gak mau.. “Ahh sudahlahh apo kauu” kata Bapak itu. bang Pimen terus merayu agar pak polhut nerima namun Bapak itu tetap nolak, “Ahh SudahhlaahH yang penting kalian harus hati-hati” kata terakhir bapak itu. Inilah bentuk ke akraban antara anak PA (Pecinta Alam) dengan oknum kehutanan. Mereka memiliki tenggang rasa karena best joint dalam menjaga hutan. Berbeda sangat dengan di kampung ku.
            Berjalan +-15 m ke Pintu Rimba. Dito ikut serta dalam pendakian ini, dia sebagai anggota MASKER di suruh Darul untuk nemanin kami muncak, juga Ulil Sebagai anggota KPA Hijau di suruh Roman menemani. Tentu saja Dito dan Ulil harus siap menerima instruksi Seniornya. Heheee..
            Horeeee,,, kami berangkat banyak teman jadinyaaa :D

PINTU RIMBA - POS I
         Sampai di pintu rimba ada beberapa Shelter, banyak orang-orang di sini dari anak PA dan POLHUT sampai kelompok yang baru turun juga turut meramaikan suasana. Aku ganti sepatu, yang lain foto-foto, packing & segala macam + pemanasan.
           Pintu Rimba adalah gerbang awal pendakian dalam batas hutan antara ladang penduduk dengan rimba kaki gunung kerinci. berada pada ketinggian 1.800 mdpl. Dari pintu rimba ini berjalan landai keatas dengan limit beberapa menit  maka kita mendapati POS I.

POS I – POS II (Pos Bangku Panjang)
Melewati Pos I kami terus berjalan menuju POS II atau di sebut pos Bangku Panjang. lintasan menuju POS II relatif landai yaitu hutan heterogen di penuhi banyak pohon besar mahoni. Kita berpapasan dengan banyak pendaki yang baru turun, semalam ngerayain malam pergantian tahun di gunung kerinci. Kami berkenalan, mereka bilang "HoRAASS" saat kami katakan bahwa kami dari Medan - Sumatera Utara.
11.24 wib Sampai di POS II atau yang di sebut Pos Bangku Panjang. Ada dua Shelter, di sini kami memasak. Aku, hendrik, ulil dan dito turun ke bawah sejauh 13m dari shelter untuk ngambil air. bukannya sungai namun ada genangan – genangan air pada lubang bekas lelehan magma kering yang membatu. Tapi tidak masalah airnya tidak anyer malah sejuk. POS II ini ketinggiannya 1909 mdpl. masih banyak pendaki terlihat turun menoleh kearah kami yang saat ini sedang memasak, mereka senyam senyum dan ada beberapa yang duduk istirahat di dekat kami, serta merta mereka minta air minum. Penampilannya aneh-aneh, ada yang seperti baru kenak pukul, ada yang seperti lama tidak makan, ada yang seperti kakinya patah, ada yang seperti mayat hidup karena terlalu pucat pasi… hehehheee dll.
Hmmmhhh….aku bukannya down melihat semua ini malah aku makin gila saja untuk secepatnya  menuju puncak.


         Setelah makan, 14.01 packing kembali. 14.11 Do’a,
         menyatukan semangat dan berangkaaat..!!
        







POS II (Pos Bangku Panjang) – POS III (Pos Batu Lumut)

Dari POS II menuju POS III atau yang mereka sebut pos Batu Lumut. kita melintasi kawasan hutan lebat, lintasan tanahnya lembab. Tim kami berjalan cepat dalam satu barisan.
        14.46 wib Sampai di POS III. Kami istirahat pada ketinggian 2.000 mdpl. Disini briefing.




POS III (Batu Lumut) – SHELTER 1
 
        15.02 wib Dari POS III berangkat menuju SHELTER 1. berjalan mendaki pada kemiringan 45-50 derajad. Hutannya sangat lebat dengan jalur setapak terjal. Si keling sedikit-sedikit berhenti, mungkin karena beban carriernya cukup berat.

          
         

         16.01 wib Sampai di SHELTER 1 rasanya capek juga. kami bercanda, Shanty sabagai satu-satunya cewek di tim ini gak mau kalah, ia ikut-ikutan berphose ria di pohon. SHELTER 1 ini tingginnya 2225 mdpl. Terlihat sampah plastik dan puntung rokok berserakkan mungkin bekas acara tahun baruan semalam. 
           



(isu : shelter 1 sering terlihat ada harimau)



SHELTER 1 – SHELTER 2
Dari SHELTER 1 menuju SHELTER 2 di temui medan yang cukup terjal dengan kemiringan 45 derajad walau masih banyak bonus-bonus medan yang landai.  Di track ini kami tak lagi berpapasan dengan kelompok pendaki. Sepertinya sudah tinggal kelompok kami saja.
           Di sini anggoa tim terpisah dua. Aku, Keling, Dito, Ulil paling depan, kami menoleh kebelakang tapi teman-teman yang lain tidak muncul.
          Perjalanan berlanjut, aku masih terpikir oleh teman-teman di belakang, namun Keling, Ulil & Dito jalannya sangat cepat. Maka jalanku ku perlambat hingga mereka bertiga mendahului, dan aku berhenti untuk istirahat, aku pikir tak baik jalan secepat ini dalam kondisi tubuh ku yang tergejala flu lagian teman-teman di belakang harus di tunggu.
            Matahari mulai tenggelam, aku memasang rokok, tak lama teman-teman yang ku tunggu telah datang, Hmmhhh syukurlahh ku pikir.
            Ku lihat teman-teman dalam kondisi yang lelah. Sedangkan SHELTER II masih cukup jauh.
           Semua memasang pencahayaan, ada yang memakai headlamp ada yang senter nyamuk & ada yang senter mancis, hehheee..
         Ku berikan pada Hendrik carrier ku & daypeack nya ku pakai, suhu menurun saat malam hari, aku kedinginan walau udah pakai Jacket Andalan. Uhhhhh.. aku jadi pengen kopi. Untungnya masih ada 4 bungkus perment merk kopiko di kantung maka ku tekan empat-empatnya. Tak lupa bungkus plastiknya ku simpan di dalam saku ;). Kami mendaki magrib-magrib gini, di belakang ku hanya ada Juned dan yang lain di depan. Juned melihatku dalam kesusahan sebab beberapa kali buang ingus di sertai barsin-barsin, ia tawarkan untuk tukar daypeack, aku setuju namun : AdOHH ternyataa Daypeacknya Juned lebih berat. Ya udahlahh. gak masalah kok.
18.51 wib Kami sampai di SHELTER II. melihat kebawah kerlap kerlip cahaya kota, melihat keatas bintang-gemintang. Lalu kami membangun camp. Di sini ternyata juga ada dua tenda yang berdiri milik SEKBER PA KERINCI/Panitia dan MAPALA UNAN.
Secepatnya Shanty manasin air buat kopi maka langsung aku sambar. Kuple juga memasak  yang tentunya masakan lezat yaitu nasik goreng.
Pada ketinggian 2.510mdpl ini, dinginnya seperti di puncak gunung Sorik Marapi. Waaahh bagaimana kalau di puncak gunung ini nantinya yaa. pasti lebih dingin, pikir ku. Puncak kerinci tingginya 3800mdpl dari SHELTER II ini berarti harus berjalan muncak ribuan meter lagi. ~WOhhhh.
           Anggota tim semua makan untuk menambah tenaga yang sudah terkuras. Sehabis makan sebagian anggota tidur di dalam tenda. Aku ngopi di temani Keling, Juned, Dito, dan Ulil. Kami berdiskusi seputar kerinci di datangi kabut putih (kondensasi).
11.33 wib Satu persatu teman-teman masuk ke tenda, ada yang udah ngedengkur malahan. Tinggal aku dan keling. Aku semangat diskusi sama si Keling yang suka berbagi pengalaman. Rasa-rasanya flu ku juga udah reda setelah minum obat + kenak kopi ini. Hingga pukul 12.10 wib kami baru tidur. Semuanya makai kantung tidur (sleeping back), ahh aku pakai kantung plastic (rain coat) dan sarung aja dahh. Sebelum tidur berdo’a, pikiran seakan terbang - bermimpi mentari esok di puncak kerinci.  :D.

SHELTER 2  -  SHELTER 3
03.18 wib Semua anggota tim bangun dan packing. carrier di tinggal & hanya beberapa yang memakai daypeack untuk membawa bekal air & logistik ringan lainnya. Aku memakai daypeack Shanty, sambil pemanasan aku bernafas lantang menghembus uap air yang keluar dari hidung.. Hmhhhh aku sudah gak sabar.
03.23 wib Perjalananpun di mulai menuju SHELTER 3. “selte tigo; kata si Dito; waktu tempuhnyo sekitar 3 jam bejalan. Kami memulainya, yahh kami memulai perjalanan ini dengan Bismillah/dengan nama ALLAH SWT.
         Di lintasan menuju SHELTER 3 kita jumpai tumbuhan paku-pakuan dsb. dengan kondisi hutan yang terbuka. Perjalanan ini gelap dan dingin dan tentu saja dengan medan yang lebih berat dari sebelumnya karena lintasannya  vertical bahkan rope, sangat rapuh, kita harus pandai-pandai memilih akar sebagai pegangan serta tumpuan, dan tangga-tangga tanahnya tinggi sampai di atas kepala, tapi perjalanan gelap ini juga ada kelebihannya yaitu Anggota tim tidak melihat jelas jalur rumit / medan berat. kalau siang pasti menjadikan mental tim kita down seperti yang kita alami di batu cadas tanjakan patah hati gunung sinabung dulu. tapi aku paling depan, sok dan terlalu di depan, aku melangkah cepat di sertai agresifitas tinggi menuju langit, aku malah jauh ke atas mendahului Dito yang adalah rangger tim. Tiba-tiba di saat tanjakan tinggi ada bayangan hitam mendahului. Cepat sekali. Aku lalu mengejarnya dengan kecepatan maksimal + tenaga dalam, welehh-weleeehhhh dia cepat sekali, aku terheran-heran kok dia berlari tanpa senter / head lamp.? Awalnya aku berpikir dia itu si Keling, Hmmhhh aku sadar lalu mundur turun ke belakang. Tak lama bertemu Dito lagi yang sedang duduk di akar pandan menunggu semua teman-teman. ku Tanya “siapa di depan kita” ?? Dito bilang “kau yang paling depan, jgn terlalu cepatlah an, semalam aku uda cerita tentang pendaki bernama Yudha, dulu hilang saat ada badai gunung, jadi dia sering menampakkan arwahnya di sekitar sini”. Lalu cepat ku potong perkataannya..: “Op Stop!! Hehhe``e mungkin aku hanya terkena gejala A-M-S (penyakit ketinggian gunung) Ditto, aku kedinginan jadi halusinasi ni” kata ku. Hehehehee.. kami berdua tertawa.. Dito memasang rokok, "nih rokok" kata Ditto, aku ngerokok. Dingin sekali. Lalu cahaya headlamp si Keling terlihat di bawah mendekat ke kami, namun yang lain belum kelihatan. Tak lama berselang anggota tim berkumpul kembali dalam satu barisan.
04.47 wib  Di ketinggian 3.073mdpl yaitu SHELTER 3. kami istirahat sejenak. Kulihat waktu ternyata kami cukup cepat sampai di sini.
Biasanya setiap istirahat aku ngerokok, kini aku gak selera lagi dengan rokok. Keling ngambil susu dari daypeack, kami minum ramai tak ketinggalan roti.
Hendrik pangsan tergeletak seperti udang keceppe. hadOhh .. ku tegur dia karena tidur-tiduran yang smakin buat tambah dingin. Keling juga ikut nyambar “Heyy Ucokk bergerak lu!! gitu sihh malah nambah dingin atu Cok” kata si Keling dengan logat betawinya. (Ucok adalah julukan buat Hendrik di Tim ini).
            Lokasi SHELTER 3 merupakan medan terbuka dan bisa memandang kearah perkampungan/Kersik tuo/sekitar, bintang bintang menjadi mahkota di kepala kami. Beberapa bintang juga terlihat jatuh.  Tempat ini baik untuk di jadikan tempat mendirikan camp. karena Shelternya luas juga ada sumber air. Di sini kami masih dalam keadaan gelap. Sambil golek di tanah dan menulis jurnal; sebenarnya aku ingin merancang rasi seperti yang kulakukan di gunung torpisang mata tetapi kami harus bergerak mengejar sunrise.

SHELTER 3 – TUGU YUDHA
04.58 wib Tim bergerak muncak pada batas vegetasi.


            Terus mendaki kita jumpai jalur berupa batuan cadas, melangkah wajib pelan dan penuh perhitungan, semakin ngetrack - pintu perbatasan antara atmosfer langit dan kerak bumi kini ku masuki. Angin terasa menyayat-nyayat. Body ku agak gemetar pikiran juga mulai kalut, kalau tidak punya mental di larang melewati jalur ini..!!
            teman-teman di bawah terus maju, beberapa tertatih. Di perjalanan menoleh ke bawah arah timur laut nampaklah belukar danau belibis.
        penampakan Danau Belibis dari Gn. Kerinci 
       
Di tengah pendakian letih, menuju Tugu Yudha aku merasakan dingin yang belum pernah ku rasa sebelumnya, maka aku berhenti di gorong-gorong kering / jalur selokan air untuk makan cokelat batang, bersama Ulil aku nongkrong. Cokelat yang kami makan menjadi sekeras batu karena membeku, Waduhhh,, lalu aku minum susu dari purples sambil nunggu teman-teman yang lain.
paling depan, Bersama Ulil di Gorong-gorong

         

           Batu Gantung (sebelum Tugu Yudha)
            Kami berhenti di sebuah pondasi batu (ceck point), kata Ulil itu batu gantung. kami mengambil documentasi, meriah di sini dengan canda tawa man-teman di campur adukkan dingin ngilu. Mentari pagi sudah menampakkan merah jingga & awan sebagai cadar sunrise.

       




      Pesona Gunung Si Tujuh
(iso 300 : pocket)
   Pesona Gunung Si Tujuh (iso 100 : pocket)
               Pesona gunung situjuh dan danaunya tertinggi di asia tenggara terlihat memukau. langit bercermin pada awan semakin cerah membiru semakin biru semakin indah. Aku tak pernah berkecil hati kecuali mendaki gunung, aku sangat kecil karena tersandar di dasar jiwa dengan sadar merasakan secara jasmani dan rohani alam yang sungguh besar. Aku kecil karena alam yang besar ini mampu menaklukkan relung-relung ego aku-isme, Ntahlah aku harus bilang apalagi buat Zat pencipta ini semua kecuali memanjatkan Doa buat kebesaran Nya.
Sebenarnya aku mendaki gunung untuk mencari diri ku sendiri..!!

05.36 wib sampai di batu prasasti kecil / Tugu Yudha. kami berhenti untuk ziarah. Agak lama beristirahat, ada ngunyah-ngunyah snack + Nenggak susu dan canda juga tidak ketinggalan karena bercanda adalah hal yang di perlukan dalam situasi alam se-ganas ini untuk menghilangkan kepanikan juga meredakan ketegangan dan stres.

          Perjalanan di lanjutkan, aku tak sabar menuju TOP (Puncak), dari tugu Yudha ini sudah terlihat sejauh mata memandang yaitu puncak api tertinggi di Bumi Sumatera.






TUGU YUDHA – TOP
Selepas Tugu Yudha kami menapaki lintasan berupa pasir dan batu-batu kecil sangat rapuh, salah melangkah bisa tergelincir atau kaki terpelekok hingga keseleo. Kita harus fokus pada kekuatan otot paha.
Baru-baru aku terpleset kecil hingga membuat abu berterbangan, lama-lama aroma belerang menusuk keparu-paru menandakan puncak hampir tercapai, jalan ku sempoyongan dan ku pakai masker. Ulil, Dito dan Keling di depan ku tampaknya sudah menggapai puncak.


         06.48 WIB Hehhhh,, aku kini, aku sekarang telah berdiri di TOP / PILAR ANDALAS / ATAP SUMATERA / PUNCAK API KERINCI. ku lihat waktu di handphone menunjukkan pukul 06.48 wib lalu Dito & Ulil & Keling mendekat menyodorkan tangan menyalamiku, sambil mengatakan “selamat yaa” . . lalu teman-teman yang lain juga telah tiba, aku berbalik badan kami semua saling bersalaman> suasana begitu haru biru. Hmmmhhh . .
Seperti tradisi MAPALA ULB bila sampai di Puncak maka Adzan. Hendrik melaksanakan Adzan di ketinggian 3800MDPL(Meter Di atas Permukaan Laut).
            Di puncak ini aku lupa arti capek, aku jadi pikun tentang permasalahan dunia. Setelah semalaman tertatih di hutan, melintasi jalur setapak, tergores angin dingin dan di tekan kegelapan maka rasa-rasa nya puncak ini adalah hadiah yang pantas untuk kami duduki. Hmmmhh,, sik asiikkk kami ngunyah sereal + biscuit + nenggak minuman jeruk sambil memandang langit dan darat secara bebas lepas tanpa beban.
        Abdi berteriak, "HAAaaaaaa….! #$%^&*" hehhee tapi suaraya kecil mungkin karena sudah kehabisan power.
          Di puncak ini sangat Indah sekali, bila aku memiliki bambu runcing pasti dapat ku tusuk-tusuk matahari kuning yang tak jauh dari ubun-ubun ku. Kawah kerinci terlihat aktif memuntahkan asap pekat belerang, warna airnya hijau, di sekitar lautan awan mencuci mata. di kejauhan danau kerinci kemilau.
Kawah Kerinci - Samsung Camera Handphone
Kawah Kerinci - Samsung Camera Pocket
   
     










         


            Kami berkumpul mengabadikan moment ini. penapakan kaki di puncak gunung api kerinci pada awal 2012 adalah perjuangan luar biasa menurut ku, Sang saka Merah Putih Kami Kibar.

         ````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````
Kurang dari Jam 8 pagi; Tim turun menuju Shelter 2 untuk rehat. Dalam perjalanan turun banyak yang ngedrop. Bahkan ada yang Halusinasi. Hehhee... tapi itulah pendakian gunung, resikonya sangat besar kecuali bagi orang-orang yang menganggap gunung sebagai rumah raganya maka resiko adalah makanannya.
Karena Sebenarnya Resiko Terbesar Adalah Saat Anda Tidak Berani Ambil Resiko….!!!!
Terima Kasih Telah Membaca.. Salam Petualang
LESTARI … … … . !!!!