Suatu hari yang cerah, terlihat sebijik jatuh dari langit lalu
terhempas di tanah bumi..
Tak lama bijik itu membuka cangkang dan tumbuh lah menjadi sebatang
pohon.
Seperti angin membelai sebelum hujan dan pelangi menyapa setelah
hujan,
Hidup lah satu ekosistem alami di sebatang pohon meranti,
Matahari terbit, panasnya memberi kan energi (kalor) bagi pohon,
Pohon pun tumbuh menuju awan, daun tua nya berguguran di lantai
tanah,
Jamur hidup di daun gugur untuk mengurai serasah yang busuk,
Daun pun melapuk menjadi zat hara, lalu zat hara masuk kedalam
tanah,
Tak lupa akar pohon menyerap hara hingga pohon tersebut senang
berbunga,
Seiring musim..
Kupu-kupu, tabuan dan kumbang (jenis serangga) datang bermukim di
daun muda lalu berkembang biak dan menetaskan ulat-ulat, sehingga membantu
penyerbukan bunga,
Maka murai dan kacir (jenis burung kecil) datang pagi itu sambil
bersiul untuk menyantap ulat dan serangga lalu membuat sarang bagi keluarga
nya.
Sang elang dan alap-alap (jenis burung besar) juga baru datang untuk
mengincar murai dan kacir tentunya untuk mengatur populasi.
Hingga pohon berbuah, zona ini menjadi tempat komunitas organisme
yang seimbang dengan datang dan hilang nya berbagai jenis flora/fauna,
Lantai tanah yang basah dan penuh kelembaban dari kotoran-kotoran
satwa menjadikannya semakin subur, ilalang tumbuh berdiri dan liana juga tumbuh
merambat sebagai satuan belukar.
Siang ini buah jatuh dari rantingnya seraya terhempas ke tanah,
seminggu kemudian buah membusuk mengundang cacing beserta jamur dari spesies
baru untuk mengurainya, aroma ini memanggil babi hutan untuk mencicipi cacing
yang berada di serasarah buah busuk dan jamur, tak ayal pak harimau juga
mengintai dari semak belukar.
Beberapa biji dari pohon menjadi kunyahan si tupai lalu tupai di
mangsa oleh musang dan beberapa biji jatuh ketanah, dengan datangnya hujan
beberapa biji di tanah nan subur itu tumbuh,
Tak sadar sudah tahunan, sebatang pohon meranti kini menjadi 10
pohon meranti,
Lama kelamaan terdapat sekolam genangan air di bawah payung
rerindang kanopi pohon yang kini di renangi beberapa spesies ikan dan katak,
tak heran mengundang sang ular untuk makan malam.
Hingga pada saat nya musim berganti, organisme mati, jasad nya tetap
sangat berguna menjadi zat hara bagi pepohonan. Dan kejadian ini akan terus
berputar secara seimbang.
Kicauan burung kacir di selip daun indahnya pagi, murai
juga bersiul di sela cahaya mentari, elang menyambar kacir dengan pekikkan
panjang nya, alap-alap berkejaran dengan murai di terik siang ini, sorenya
harimau mengaum dahsyat sebagai gairah semangat hidup di hutan ini, serta
remangan senja membuat para katak jantan bernyanyi, sang ular tudung merah
menyelinap di sisi kolam jernih.... Lalu tanpa di sangka-sangka malam yang
gulita menghembuskan angin duka, kedatangan manusia atas alasan ekonomi telah
menebang pepohonan itu, seakan akan meranti tergelatak pilu di atas tanah.
“Bangunlah-bangunlah wahai pohon yang menjadi sandaran hidup ku” kata pak
harimau sambil tertunduk luka, namun meranti hanya bongkahan balok yang di seret
geret insan manusia menuju relung kota,
semua penghuni rimba sedih ke hilangan cinta ....
Musim depan komunitas organisme tak ada lagi. Karena
zona nya rusak, sebab pohonnya tumbang, tentu ekosistem nya hilang… Para burung
terbang ke atas langit karena malu berkicau untuk mencerita kan tentang masa-masa indah saat dulu kala….
Tetuah katak lari ke pantai hitam, bersembunyi di balik temprung kelapa, sang
katak enggan bernyanyi sebab nada yang tersisa tinggal nada-nada pilu….
Terlintas tanya, mengapa ekonomi yang di inginkan manusia membuat
hilang nya ekosistem serta kehancuran bagi semua organisme ekologi nya??
Bukankah ekosistem juga diperlukan manusia sebagai landasan
ekonomi????
Terlihat pak harimau yang kini berada di dalam sangkar penjara kota
menatap riskan, belang nya kusut, kaki nya pincang, dalam kurungan besi air
mata nya menjadi saksi ke hampaan, burung gereja menghampirinya di kala sore
mengkibaskan sayap dan menceritakan tentang mahluk penginvasi bumi karena
tabiat rakus dan kotor. Pak harimau menunjukkan taring tetapi auman nya di
tertawai oleh semut-semut yang senang menggeranyangi najis manusia, Ia pun hanya
terdiam sambil menanti ajal.
22 April