Senin, 22 April 2013

CERPEN EKOSISTEM

Suatu hari yang cerah, terlihat sebijik jatuh dari langit lalu terhempas di tanah bumi..
Tak lama bijik itu membuka cangkang dan tumbuh lah menjadi sebatang pohon.
Seperti angin membelai sebelum hujan dan pelangi menyapa setelah hujan,
Hidup lah satu ekosistem alami di sebatang pohon meranti,
Matahari terbit, panasnya memberi kan energi (kalor) bagi pohon,
Pohon pun tumbuh menuju awan, daun tua nya berguguran di lantai tanah,

Jamur hidup di daun gugur untuk mengurai serasah yang busuk,
Daun pun melapuk menjadi zat hara, lalu zat hara masuk kedalam tanah,
Tak lupa akar pohon menyerap hara hingga pohon tersebut senang berbunga,
Seiring musim..
Kupu-kupu, tabuan dan kumbang (jenis serangga) datang bermukim di daun muda lalu berkembang biak dan menetaskan ulat-ulat, sehingga membantu penyerbukan bunga,
Maka murai dan kacir (jenis burung kecil) datang pagi itu sambil bersiul untuk menyantap ulat dan serangga lalu membuat sarang bagi keluarga nya.
Sang elang dan alap-alap (jenis burung besar) juga baru datang untuk mengincar murai dan kacir tentunya untuk mengatur populasi.

Hingga pohon berbuah, zona ini menjadi tempat komunitas organisme yang seimbang dengan datang dan hilang nya berbagai jenis flora/fauna,
Lantai tanah yang basah dan penuh kelembaban dari kotoran-kotoran satwa menjadikannya semakin subur, ilalang tumbuh berdiri dan liana juga tumbuh merambat sebagai satuan belukar.

Siang ini buah jatuh dari rantingnya seraya terhempas ke tanah, seminggu kemudian buah membusuk mengundang cacing beserta jamur dari spesies baru untuk mengurainya, aroma ini memanggil babi hutan untuk mencicipi cacing yang berada di serasarah buah busuk dan jamur, tak ayal pak harimau juga mengintai dari semak belukar.

Beberapa biji dari pohon menjadi kunyahan si tupai lalu tupai di mangsa oleh musang dan beberapa biji jatuh ketanah, dengan datangnya hujan beberapa biji di tanah nan subur itu tumbuh,

Tak sadar sudah tahunan, sebatang pohon meranti kini menjadi 10 pohon meranti,
Lama kelamaan terdapat sekolam genangan air di bawah payung rerindang kanopi pohon yang kini di renangi beberapa spesies ikan dan katak, tak heran mengundang sang ular untuk makan malam.

Hingga pada saat nya musim berganti, organisme mati, jasad nya tetap sangat berguna menjadi zat hara bagi pepohonan. Dan kejadian ini akan terus berputar secara seimbang.

Kicauan burung kacir di selip daun indahnya pagi, murai juga bersiul di sela cahaya mentari, elang menyambar kacir dengan pekikkan panjang nya, alap-alap berkejaran dengan murai di terik siang ini, sorenya harimau mengaum dahsyat sebagai gairah semangat hidup di hutan ini, serta remangan senja membuat para katak jantan bernyanyi, sang ular tudung merah menyelinap di sisi kolam jernih.... Lalu tanpa di sangka-sangka malam yang gulita menghembuskan angin duka, kedatangan manusia atas alasan ekonomi telah menebang pepohonan itu, seakan akan meranti tergelatak pilu di atas tanah. “Bangunlah-bangunlah wahai pohon yang menjadi sandaran hidup ku” kata pak harimau sambil tertunduk luka, namun meranti hanya bongkahan balok yang di seret geret insan manusia menuju relung kota, semua penghuni rimba sedih ke hilangan cinta ....
Musim depan komunitas organisme tak ada lagi. Karena zona nya rusak, sebab pohonnya tumbang, tentu ekosistem nya hilang… Para burung terbang ke atas langit karena malu berkicau untuk mencerita kan tentang masa-masa indah saat dulu kala…. Tetuah katak lari ke pantai hitam, bersembunyi di balik temprung kelapa, sang katak enggan bernyanyi sebab nada yang tersisa tinggal nada-nada pilu….
Terlintas tanya, mengapa ekonomi yang di inginkan manusia membuat hilang nya ekosistem serta kehancuran bagi semua organisme ekologi nya??
Bukankah ekosistem juga diperlukan manusia sebagai landasan ekonomi????

Terlihat pak harimau yang kini berada di dalam sangkar penjara kota menatap riskan, belang nya kusut, kaki nya pincang, dalam kurungan besi air mata nya menjadi saksi ke hampaan, burung gereja menghampirinya di kala sore mengkibaskan sayap dan menceritakan tentang mahluk penginvasi bumi karena tabiat rakus dan kotor. Pak harimau menunjukkan taring tetapi auman nya di tertawai oleh semut-semut yang senang menggeranyangi najis manusia, Ia pun hanya terdiam sambil menanti ajal.

22 April